Friday, November 28, 2008

Penutup Kepala




"Do you know tia? You are lucky by covering your head with this cloth"

Begitulah salah satu kata-kata dari teman di sini, dimana winter selalu membuat kepala mereka kedinginan dan harus memakai topi, bahkan ada juga yang memakai penutup kepala seperti halnya penyusup di malam hari... hihi... Dan di waktu summer beberapa waktu yang lalu, kepala mereka kepanasan terbakar sinar matahari, sedangkan aku Alhamdulillah wa syukurillah.. I can survive!

Subhanallah... Semakin hari dan semakin aku mengenal berbagai perbedaan, Allah selalu membuatku takjub dengan semua ketentuan dalam islam yang selama ini aku kenal...Bahkan ketika berbagai warna dan jenis jilbab yang kubawa, comentnya "Wow... this is good" (Hmm... walaupun aku tak pernah tahu apa mereka jujur atau hanya ingin memoles kata2). Tapi , yang jelas hal ini membuatku semakin kagum dan bersyukur dengan garis yang Allah tetapkan, aku merasa terlindungi.
Yah... Kewajiban yang Allah tetapkan buat para muslimah..."Jilbab" ya, kain yang selalu menutup kepalaku kita.

Mmm... Aku teringat dengan sebuah artikel di sebuah dunia maya....

mengenai esensi dari konsisten, sungguh indah bilamana jilbab yang para wanita kenakan adalah asli dan murni, dari i’tikad baiknya karena kesadaran diri dan bukan lagi sebagai suatu “kewajiban” saja, namun suatu “keperluan sehari-hari” yang tiada tertinggalkan. namun, bila disoroti tentang hati di balik semua orang, mana saya tahu. alasan untuk berjilbab pun mana saya tahu. karena semua orang punya jawabannya sendiri. semua punya kepentingan masing-masing.

Realita menjawab, yang mengikuti tren, maka hanya tren lah pencapaiannya. tiada hakiki benar. bila hanya sebagai pelimpah rasa frustasi belaka, dari masalah duniawi, maka hanyalah begitu saja. aurat mereka benar telah terlindungi… namun apakah hati mereka juga terjilbabkan?
Bagi saya, semua orang bisa leluasa memakai jilbab. itu pun bisa sebagai kamuflase yang sempurna. namun, apakah berarti dia mampu memaknai arti jilbab ini, sebagai hijab mereka agar senantiasa dimuliakan? semboyan perdagangan pun muncul, “DO NOT ACCEPT IF SEAL IS BROKEN”. Berpakaian, namun tanpa hijab, seperti itu kah?
tentu saja, semua orang membantah, “lha wong saya berjilbab sudah lama, sama tahu akan maknanya”. semua orang bisa saja berkata, “saya kan baru belajar”. silahkan, anda belajar dari ahlinya. bisa jadi dari ahli trendsetter atau kah dari ahli yang mumpuni. toh ini cuman ada adanya saya saja.

tetapi mungkin bila kejadian seperti ini terjadi:
seorang berjilbab, kemudian berpacaran. suatu saat tiada hijab diantara mereka, dimana mereka berada dalam keadaan berdua, maka kemudian tiba-tiba semoga tidak terjadilah perbuatan yang diluar akal sehat manusia. tentu saja bila dilihat dari pandangan kasat mata, dia masih sama dengan orang lain, namun secara fisiologis, dia bukanlah dia yang dulu. dan waktu tiada berputar balik. akhirnya?……

silahkan anda sadari, bisa jadi kejadian diatas benar-benar adanya. saya tidak akan menjawab akan terjadi dimana, bisa jadi di jalan, bisa di mobil, bisa di penginapan, atau mungkin bisa saja di warnet?
saya hanya berpesan:“berjilbablah sesuai syariat”
http://shinobigatakutmati.wordpress.com/2007/06/16/asli-kah-jilbabmu-ini/